Ulasan ini ditulis oleh Hanif Andi, seorang blogger traveller asal jogjakarta di blognya > insanwisata.com. Artikel asli klik disini!
Solo, kota yang ramah wisatawan ini punya beragam daya tarik wisata. Pun, saat itu, bertepatan dengan acara Keraton Kasunanan Surakarta. Acara yang cukup sakral ini diselenggarakan hanya sekali dalam setahun. Mahesa Lawung namanya. Sebulan sebelum acara, saya sudah menyusun itinerary. Meskipun hanya dua hari, saya ingin liburan singkat selama di Solo berkesan. Tentu, tempat menginap juga akan menentukan kualitas liburan.
Lokasi
Selama di Solo, saya menginap di Hotel The Sunan Solo yang beralamat di Jalan Ahmad Yani 40. Hotel yang menurut banyak review, memiliki kualitas pelayanan yang tidak mengecewakan. Saya pun turut menjajalnya. Lokasinya yang sangat strategis, tak membutuhkan bantuan dari google maps.
Kamar Tidur dan Nilai interior
Saya mendapatkan kamar di lantai tiga. Begitu membuka kamar, saya langsung melemparkan badan ke busa kasur. Sudah setengah hari ini, saya berkeliling Keraton Kasunanan Surakarta ditemani Mas Halim Santoso dan Mas Aji Sukma, blogger kondang Solo dan Boyolali. Begitu badan terbanting di kasur yang empuk, saya tersentak bangun. Kemudian lekas mengambil kamera saku dan memotret seisi ruangan. Sayang, bukan, jika tidak didokumentasikan?
Saya bisa bilang, fasilitas yang ada di kamar hotel sangat memuaskan. Jika biasanya banyak hotel berbintang yang tidak menyediakan guling, berbeda dengan The Sunan Solo. Dua pasang guling sudah disediakan. Bantalnya tak hanya satu. Ada empat bantal utama dan dua bantal tambahan yang akan menemani tidur indah saya. Interior kamarnya pun diberi sentuhan warna yang tak membosankan, mengantar kami kepada suasana tidur yang nyaman.
Sembari menunggu saya selesai memotret, Sodiq menyeduhkan kopi susu yang sudah tersedia di meja. Ia menyeruput kopi susu dengan nikmat.
“Weh. Edan. Wifi-ne kenceng banget. Iso download film iki (Wah. Gila. Wifinya cepat sekali. Bisa mengunduh film, nih)”, teriaknya. Saya ikut penasaran dan segera membuka notebook. Jujur, koneksi wifi di Hotel The Sunan Solo sudah cukup baik. Jangkauan sinyalnya cukup kuat bahkan ketika saya naik turun dari lantai satu sampai tiga.
Setelah puas berselancar di internet, saya tertidur sebentar. Saya yang dibuai kenyamanan dan lembutan spring bed, langsung tertidur lelap.
Alarm ponsel tanda waktu sholat maghrib berdering. Usai saya tunaikan sholat, petugas housekeeping mengetuk pintu kamar saya. “Maaf mas, apakah kamarnya mau dibersihkan?”, tanyanya. Saya yang masih berdiri di depan pintu kamar bertanya dalam hati. Baru masuk, sudah mau dibersihkan lagi? Apakah tidak nanggung? Sebentar lagi kan ditiduri lagi.
“Oh, iya, Mas. Sepuluh menit lagi kami juga keluar cari makan kok. Nanti tolong dibersihkan, ya”, pesan saya.
Dalam perintah saya kepada petugas housekeeping, saya tujukan untuk melihat pelayanan yang diberikan manajemen hotel kepada tamu-tamunya. Apakah karena salah mengetuk nomor kamar, atau memang model pelayanannya seperti ini, saya tak banyak mempermasalahkan.
Yang saya dan Sodiq rasakan, pelayanan hotel yang diberikan sangatlah memuaskan. Saya pulang makan malam dalam keadaan kamar yang rapi dan bersih kembali. Pun yang lain demikian. Toilet kembali bersih, air mineral yang setengah habis telah diganti baru, suguhan kopi dan teh juga ditambah. Sangat tidak mengecewakan.
Konektivitas antar destinasi wisata
Sekali lagi, pilihan akomodasi penginapan akan menentukan kualitas liburan kita. Memilih Hotel The Sunan Solo tentu bukan tanpa alasan. Keterjangkauan antar destinasi wisata adalah satu dari banyak alasannya. Tak perlu waktu tempuh yang lama untuk bisa sampai ke Keraton Kasunanan Surakarta. Saya pun dengan mudahnya, tanpa bantuan google maps, menuju lokasi acara ritual sakral Mahesa Lawung. Tak hanya Keraton Kasunanan Surakarta, lokasi hotel sangat dekat dengan Pura Mangkunegaran, Taman Sriwedari, Pasar Klewer, Bandar Udara Adisumarmo, Stasiun Purwosari, dan cukup berjalan kaki jika ingin ke Museum Lokananta dan Mall Solo Square.
Food and Service
Esok paginya, saya mendapatkan sarapan yang lezat dan juga beragam. Dari berbagai menu, pilihan saya jatuh pada cabuk rambak dan nasi liwet. Barangkali kita sudah sepakat. Ketika mengunjungi suatu daerah, iciplah panganan khasnya. Di sini, saya tak perlu lagi mencari panganan khas Solo sampai masuk pada gang tikusnya. Menu khas yang hanya bisa dijumpai saat jajan di pinggir jalan, dihidangkan juga di hotel berbintang, khususnya di Hotel The Sunan Solo.
Diracik oleh chef hotel yang profesional, gigitan cabuk rambak terasa nikmat sekali. Saya dan Sodiq menebak bumbu yang digunakan. Ah, tak terjawab. Nasi liwet pun demikian. Saya kalap. Saya menghabiskan sepiring cabuk rambak, nasi liwet, dan menutup sarapan dengan menu mie ayam. Kuahnya, adalah penutup sarapan yang pas.
Fasilitas
Beruntungnya, saya berkesempatan memanjakan diri di kolam renang hotel. Selepas malam diguyur hujan, langit pagi masih menyisakan warna yang muram. Mendung tak menjadi alasan saya untuk bermalas-malasan di kamar. Saya pun turut menjajal berendam di kolam renang Hotel The Sunan Solo. Layaknya hotel berbintang lainnya, kolam renang terbagi menjadi dua, kolam dewasa dan anak.
Selain kolam renang, ada juga Fitness Center dan Ayudi Spa. Mungkin di lain kesempatan, saya ingin memanjakan diri dengan pijat kebugaran pada spa yang disediakan.
Oh ya, pihak manajemen hotel juga menyediakan paket kunjungan wisata ke Museum Lokananta secara gratis untuk para tamunya yang menginap. Ditemani pemandu yang paham sejarah perkembangan perusahaan rekaman musik di Indonesia, kita akan dibawa memasuki ruang demi ruang untuk melihat koleksi ribuan piringan hitam beserta alat rekam lawasnya. Menarik! Saya salut kepada pihak manajemen hotel yang telah mengajak para tamunya mengenal sejarah perusahaan rekaman musik di Indonesia.
Sangat menyenangkan bisa menginap di Hotel The Sunan Solo. Saya yang sudah jatuh hati sejak membaca banyak review-nya, sudah membuktikan pelayanan dan kenyamanan yang sangat berkesan. Sekali lagi, akomodasi menginap yang kita pilih, akan menentukan kualitas liburan kita.