Kalimat itulah yang dapat menggambarkan suasana acara “Traditional Dessert Festival” Sebuah aksi kepedulian terhadap jajan lawas kota Solo ini tidak hanya mampu mengangkat kuliner kota Solo yang mulai langka tapi juga sukses menarik minat para pecinta jajan lawas untuk hadir selama 3 hari di lobby The Sunan Hotel Solo . Penyelenggaraan acara Traditional Desert festival ini berlangsung 25- 27 September 2014 pkl 15.00 – 19.00 Wib.
Yang menarik meskipun acara ini digelar di hotel para pengunjung dapat menikmati aneka jajan lawas ini sesuai dengan harga aslinya mulai Rp. 2000 – 10.000,- . Mulai dari serabi, gulali, leker, pecel ndeso, cabuk rambak, arum manis, sate kere, sempe, gandos rangin, jadah blondo, tiwul, bakmi toprak, gempol pleret, bahkan opak angin yang sudah sangat jarang ditemui pun ada di acara Tradisional Dessert Festival ini. Pengunjung seakan dibawa ke ruang nostalgia ketika para pedagang asli berinteraksi dengan pembeli yang terdiri dari tamu hotel dan masyarakat luas .
Seperti contohnya ketika menikmati opak angin. Rasa dominan manis dan sedikit bercampur dengan rasa gurih ketika mencicipi opak angin, didapat dari percampuran antara beras ketan dan gula jawa. Penampakan dari opak angin ini mirip dengan karak (sejenis kerupuk berbahan nasi). Cara memasaknya pun sangat unik menggunakan bara arang dan capitan (sejenis penjepit makanan). Opak angin dijepit kemudian dibolak-balik diatas bara arang hingga mengembang. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk memanggang opak angin.
Selain memberikan suguhan jajanan tempo doeloe The Sunan Hotel Solo juga memberikan tali asih kepada seluruh pedagang yang terlibat. Kepedulian lainnya ditunjukkan dengan menyajikan sebagian jajan lawas ini pada hidangan menu breakfast di hotel . Kami ingin jajan lawas Solo ini lestari dan bisa menjadi daya tarik kuliner di Solo tutur Mustafa Rahmatono General Manager The Sunan Hotel Solo