Artikel ini ditulis oleh Bambang Natur Rahadi, Direktur PT. Aksara Solopos.
Solo ya Sunan. Dua kata yang begitu dekat dengan pengalaman orang Solo atau mereka yang pernah berkunjung ke kota mantan ibukota kerajaan terbesar di Jawa. The Sunan Hotel Solo adalah penguasa Solo, yang memimpin kawasan ini lintas generasi, yang sudah tentu banyak orang akan paham dengan kosa kata itu.
Buat The Sunan Hotel Solo, salah satu pelopor hotel modern di Solo, penggunaan jargon marketing Solo Ya Sunan, menjadi langkah yang apik dari sisi komunikasi pemasaran.
Manajemen pengelola berupaya meletakan persepsi produknya melekat dengan konsumen Solo. Bisa jadi prinsip ini pula yang mendasari pemilik dan manajemen hotelnya ketika dulu memilih kata The Sunan Hotel Solo sebagai merek hotelnya.
Merek yang terasa dekat dengan pengalaman orang di Solo dan ditambah pengelolaan layanan hotel yang prima menjadi modal awal sebuah jasa apapun bisa bersaing di pasar yang ketat.
Tapi apa iya itu saja cukup untuk bisa bertahan di situasi pasar yang rada berdarah-darah ini. Situasi di mana tiba-tiba semua orang ingin punya bisnis hotel. Sementara kecepatan pertumbuhan pasar tidak secepat yang diimpikan, baik pasar lokal maupun luar. Jelas tidak menjamin.
Kejelian menangkap prilaku konsumen terkini, ternyata yang mudah dan cepat sekali berganti selera, menjadi hal penting untuk diperhatikan.
Inilah yang terus dieksplorasi oleh orang- orang kreatif di balik manajemen The Sunan Hotel Solo. Dengan kekuatan merek yang dekat dengan pengalaman orang Solo, mereka mengimbangi dengan kejeliaan membaca sikap pasar.
Tidak heran ada saja agenda atau layanan yang tadinya masih aneh buat sebuah hotel berbintang, The Sunan Hotel Solo telah tampil dahulu. Sederhana saja. Dulu pertunjukan musik tradisional seperti dangdut campur sari langka tampil di hotel, tapi justru mereka pun kini mempeloporinya. Apakah itu merusak pasar yang ada, ternyata tidak. Justru tumbuh segmen pendapatan baru.
Mereka, orang-orang kreatif di balik manajemen hotel, cepat tanggap. Yang dilakukan adalah membuka samudera biru penuh ikan segar dan bukan bertempur di lautan yang merah penuh darah seperti yang terjadi di banyak sektor bisnis saat ini. Termasuk di sektor jasa hotel.
Mestinya, cara ini juga perlu ditiru bisnis lain. Kenapa tidak?